Surabaya — Ketua Departemen Komunikasi, Informasi dan Media (KIM) DPP LDII, Ludhy Cahyana, memberikan pembekalan tentang sejarah LDII, pada Kamis (30/10) di Masjid Sabilul Muttaqin, Surabaya. Kegiatan itu dihadiri sekitar 400 orang dari pengurus DPD, PC dan PAC LDII di Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan pentingnya pemahaman mengenai sejarah ormas terutama LDII, sebagai titik awal dalam berkontribusi dalam pembangunan nasional sebagai bagian masyarakat madani, “Kita menulis sejarah untuk mengarahkan masa depan,” ujar Ludhy.
Pada kesempatan itu, ia menjelaskan sejak awal mula pendiriannya pada 1972, LDII mencatumkan Pancasila sebagai asas organisasi, “Dari sini sudah kelihatan, fokus LDII membangun sumberdaya manusia yang pancasilais. Memiliki karakter berakhlak mulia, alim-faqih, dan mandiri,” tuturnya.
Peneguhan Pancasila sebagai asas organisasi juga terlihat dari penempatan Kebangsaan, sebagai program prioritas, dalam “8 Bidang Pengabdian LDII untuk Bangsa”. Ia menambahkan, sikap Pancasilais diwujudkan melalui ketaatan terhadap hukum dan partisipasi aktif dalam pembangunan.
“Karena itu, setiap pengurus LDII, mulai dari tingkat PAC hingga DPP, diharapkan memahami tugas dan fungsinya, serta menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan persoalan sosial di lingkungannya,” papar Ludhy yang juga mahasiswa program doktoral Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro itu.
Dalam kesempatan tersebut, Ludhy juga menyoroti fenomena pergeseran budaya di kalangan generasi muda akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Ia menilai, banyak generasi muda yang terjebak dalam budaya pamer dan perilaku konsumtif di dunia digital.
“Sekarang banyak yang suka joget-joget demi viral, atau pamer di media sosial. Mau makan difoto dulu, bukan baca Bismillah. Kalau ini tidak dicegah, bisa jadi penyakit psikologis,” ujarnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Departemen KIM DPP LDII meluncurkan platform generusindonesia.id, sebagai ruang kreatif dan edukatif bagi generasi muda LDII agar berpengaruh, tidak terpengaruh. Melalui situs tersebut, generasi muda dapat menyalurkan karya dalam bentuk berita, opini, puisi, hingga cerpen.
“Kami ingin mengajak muda-mudi LDII kembali pada nilai dakwah yang positif di dunia digital. Siapa pun yang ingin menulis bisa mengirimkan tulisannya ke kami, yang kemudian publikasikan,” jelas Ludhy.

Sementara itu, Dewan Penasehat DPD LDII Surabaya, KH Munawar Amin Jauhari, menjelaskan bahwa kegiatan ini juga diikuti para dai, daiyah, guru, ustaz, dan ustazah dari pondok pesantren di wilayah Surabaya. Mereka merupakan ujung tombak pendidikan dan dakwah LDII di tengah masyarakat.
“Kami libatkan para dai dan guru, karena merekalah yang berperan langsung dalam mendidik dan membina generasi muda. Mereka harus memahami sejarah, keorganisasian, dan kontribusi LDII terhadap bangsa agar mampu mengajarkannya dengan benar,” terang Munawar.
Ia menegaskan, pemahaman terhadap sejarah dan peran LDII menjadi penting, karena dakwah tidak hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. (sof/wid)
