KEDIRI – Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri terus menanamkan nilai pembentukan karakter generasi muda melalui konsep trisukses generus. Dalam tausiyah Jumat, Ustadz Andika Faza, menegaskan pentingnya karakter alim dan fakih sebagai fondasi utama kehidupan santri di tengah tantangan zaman.
“Sebagian besar jamaah yang hadir adalah santri yang sedang menuntut ilmu agama. Karena itu, pembentukan karakter menjadi sangat penting sebagai bekal hidup,” ujar Ustadz Andika, Jumat (19/12).
Ia menjelaskan, santri diarahkan untuk memiliki 29 karakter luhur, dengan penekanan pada trisukses generus, yakni akhlakul karimah, alim fakih, dan mandiri. Menurutnya, ketiga karakter tersebut saling berkaitan dan menjadi pijakan utama dalam membentuk pribadi muslim yang utuh.
“Alim dan fakih itu tidak bisa dipisahkan. Alim adalah menguasai ilmunya, sedangkan fakih adalah mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Ustadz Andika menerangkan bahwa alim berarti menguasai ilmu agama, khususnya Al-Qur’an dan Hadits, baik dari sisi bacaan, pemahaman makna, penjelasan, hikmah, hingga penerapannya. Dengan ilmu itu, santri diharapkan mampu membedakan antara halal dan haram, dosa dan pahala, serta kewajiban dan larangan.
“Kalau seseorang sudah paham mana yang halal dan haram, mana yang wajib dan dilarang, berarti ia sudah memiliki dasar syariat yang benar,” tuturnya.
Sementara itu, fakih merupakan perwujudan nyata dari ilmu yang telah dipahami. Ia mencontohkan dalam persoalan akidah, seseorang yang memahami makna la ilaha illallah dapat disebut alim. Namun, sifat fakih terlihat ketika keyakinan tersebut diwujudkan dengan hanya menyembah Allah, menjauhi syirik, dan senantiasa bergantung kepada-Nya.
“Fakih itu bukan sekadar tahu, tetapi benar-benar menjalankan. Ia hanya bergantung kepada Allah dalam setiap urusan,” tegasnya.
Dalam bab ibadah, ia mencontohkan, santri yang telah mempelajari ilmu shalat belum bisa disebut fakih apabila belum melaksanakannya tepat waktu. Begitu pula dalam bab akhlak dan adab, ilmu akan sempurna ketika diwujudkan dalam sikap jujur, amanah, rukun, dan saling menghormati.
“Ilmu shalat itu akan bernilai fakih ketika shalatnya benar-benar dijaga tepat pada waktunya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ustadz Andika Faza menyampaikan bahwa orang yang memiliki karakter alim dan fakih memiliki banyak keutamaan. Di antaranya Allah SWT akan meninggikan derajatnya, memudahkan jalannya menuju surga, serta menjaganya dari pengaruh kerusakan akhir zaman.
“Orang yang fakih tidak mudah terpengaruh godaan setan, karena ia paham batasan syariat dalam setiap perbuatannya,” ujarnya.
Untuk mewujudkan karakter tersebut, santri diingatkan agar bersungguh-sungguh dalam mengaji. Mengaji, menurutnya, tidak cukup hanya mendengar atau membaca, tetapi harus diupayakan untuk benar-benar dipahami melalui pengulangan, pendalaman, pengamalan, dan menyampaikan kembali ilmu kepada orang lain.
“Sering kali kita justru lebih paham setelah mengaji berkali-kali atau mendapatkan penjelasan dari guru yang berbeda,” katanya.
Selain usaha lahiriah, ia juga mengingatkan pentingnya usaha batin dengan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan ilmu yang bermanfaat dan kefahaman yang benar.
“Pada hakikatnya, Allah-lah yang memberi ilmu dan kefahaman kepada hamba-Nya,” pungkasnya.
Melalui tausiyahJum’at tersebut, Ustadz Andika Faza berharap para santri mampu menjadi pribadi yang tidak hanya alim dalam penguasaan ilmu, tetapi juga fakih dalam pengamalan, sehingga dapat menjaga diri dan agama, hidup mulia di dunia, serta selamat di akhirat. (mzd/sof/wid)












