Pondok Pesantren Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk terus mendorong budaya peduli lingkungan di kalangan santri. Salah satunya dengan menggelar pelatihan zero waste, yang mempraktekkan cara mendaur ulang sampah secara sederhana, di Ponpes Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Rabu (12/11).
Pelatihan menghadirkan dua pemateri Departemen Litbang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) DPP LDII, Atus Syahbudin dan Erni Suhaina Ilham Fadzri. Mereka membagikan langkah-langkah untuk menciptakan pesantren yang ramah lingkungan.
Tak hanya santri, kegiatan ini juga melibatkan siswa TK Tarbiyah Al Ubaidah dan KB Choirul Huda. Di usia dini, mereka diperkenalkan cara mendaur ulang dan mengelola sampah lewat pelatihan sosialisasi.
Erni Suhaina Ilham Fadzry mengatakan bahwa pendidikan karakter soal lingkungan sebaiknya dimulai sejak dini, sebab masalah sampah erat hubungannya dengan kebiasaan dan perilaku manusia.
“Sampah memang masalah, tapi bisa selesai kalau kita sadar bahwa semua orang adalah produsen sampah. Sampah bahkan bisa jadi berkah, indah, dan bernilai rupiah,” ujarnya.
Menurutnya, perubahan perilaku harus dimulai dari kebiasaan kecil, misalnya tidak membuang sampah sembarangan. Anak-anak juga diajak memungut dan mengumpulkan sampah yang mereka temui, lalu memanfaatkannya kembali.
Dalam pelatihan itu, para peserta belajar membuat ecobrick, yaitu botol plastik berisi sampah anorganik yang dapat disusun menjadi perabot sederhana seperti meja mengaji, “Yang penting bukan beratnya ecobrick, tapi perilaku membiasakan diri tidak membuang sampah sembarangan,” tegasnya.
Anak-anak juga diperkenalkan pada dampak sampah plastik, dari pencemaran laut hingga penyebab banjir. Menurut Erni, program ecopesantren, sekolah adiwiyata, hingga kampung iklim adalah bentuk syukur manusia atas alam yang telah diberikan.
Ia mengajak masyarakat, para guru, hingga para kiai untuk merumuskan kebijakan penanganan sampah bersama-sama agar bumi yang lebih bersih dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Sementara itu guru TK Tarbiyah Al Ubaidah, Chinta Melati Azza menilai kunjungan DPP LDII membawa dampak besar bagi murid maupun pendidik, “Anak-anak sangat antusias. Mereka jadi sadar kalau sampah ternyata bisa bermanfaat dan diubah jadi karya. Biasanya langsung dibuang, sekarang mereka tahu bahwa sampah bisa didaur dan dimanfaatkan lagi,” katanya.
Para guru juga mendapat wawasan baru tentang cara menanamkan kepedulian lingkungan pada anak sejak dini. Contoh karya kreatif yang dibawa tim pelatihan membuat anak-anak semakin penasaran. “Hasil karyanya luar biasa. Anak-anak jadi lebih kreatif dan ingin mencoba, dan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi kami,” tambahnya.
Ponpes Al Ubaidah berharap pelatihan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan pesantren zero waste, sekaligus membentuk karakter peduli lingkungan sejak dini. (cak/wid).












