Kediri — Wakil Ketua DPW LDII Jawa Timur, Agung Riyanto, menilai pondok pesantren masih menjadi pilar utama dalam menjaga karakter generasi muda di tengah derasnya arus modernisasi dan kemajuan teknologi. Menurutnya, meski dunia terus berkembang secara digital, pesantren tetap mampu beradaptasi tanpa meninggalkan nilai-nilai moral dan spiritual.
“Pondok pesantren memiliki kekuatan dalam menjaga moralitas dan akhlak generasi muda. Di saat teknologi berkembang cepat dan budaya luar begitu mudah masuk, pesantren menjadi tempat yang menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual,” ujar Agung Riyanto saat menghadiri Lirboyo Bershalawat dalam rangka Peringatan Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Senin (20/10).
Ia menambahkan, peran pesantren justru semakin relevan di era digital saat ini. Selain mengajarkan ilmu agama, banyak pesantren yang mulai mengintegrasikan pendidikan keterampilan, kewirausahaan, dan literasi digital bagi para santrinya. Upaya tersebut, kata Agung, menjadi bukti bahwa pesantren mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
“Pesantren bukan lembaga yang tertinggal oleh zaman, justru menjadi pelopor dalam membentuk generasi yang berkarakter kuat, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan masa depan,” imbuhnya.
Pandangan senada juga disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang menekankan pentingnya peran pesantren sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah pendidikan bangsa. Dalam sambutannya, Khofifah menyoroti besarnya kontribusi para alumni Pondok Pesantren Lirboyo yang telah berkiprah di berbagai daerah, bahkan hingga mancanegara.
“Kekuatan pesantren Lirboyo luar biasa. Kekuatan ini terus dirajut oleh para alumni yang juga telah mendirikan pesantren-pesantren lain. Jadi, ketika kita membicarakan Lirboyo, bukan hanya yang ada di Kota Kediri, tapi juga Lirboyo-Lirboyo lain yang kini berkembang luas di seluruh Indonesia bahkan di berbagai negara,” ujar Khofifah.
Ia menegaskan, pesantren merupakan soko guru pendidikan nasional, jauh sebelum lahirnya sistem pendidikan formal. “Yang pertama mendidik anak bangsa, membangun kekuatan, dan menumbuhkan semangat kemerdekaan adalah para ulama yang melahirkan santri-santri dengan cinta tanah air sebagai bagian dari iman (hubbul wathan minal iman),” tegasnya.
Khofifah mengajak seluruh santri dan masyarakat untuk terus memperkuat ekosistem pesantren bersama para kiai dan tokoh agama. “Mari kita jaga dan kuatkan marwah pesantren secara bersama,” ajaknya.
Peringatan Hari Santri 2025 Tingkat Provinsi Jawa Timur diharapkan menjadi momentum untuk meneguhkan kembali semangat kebangsaan serta memperkuat kontribusi pesantren dalam membangun sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, dan berdaya saing di era digital. (ari/sof/wid)
