SURABAYA — Bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat dua minggu lalu kembali menjadi pengingat bahwa kerusakan alam bukan semata akibat cuaca ekstrem. Kelalaian manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan, mulai dari perusakan hutan, pembukaan lahan tanpa kontrol, hingga rendahnya kesadaran merawat alam, turut memperbesar risiko bencana di kemudian hari.
Dalam ajaran Islam, sedekah jariyah melalui penanaman pohon merupakan amalan yang manfaatnya terus mengalir. Menanam dan merawat pohon tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga bentuk kepedulian jangka panjang terhadap generasi mendatang. Nilai inilah yang menjadi landasan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dalam menjalankan program Go Green sejak 2007.
Selama hampir dua dekade, LDII telah menanam jutaan pohon di berbagai daerah sebagai upaya reboisasi dan peningkatan kepedulian lingkungan. Program ini tidak hanya berfokus pada penghijauan, tetapi juga mendorong masyarakat untuk aktif menjaga daerah resapan air, menolak perusakan hutan, dan terlibat langsung dalam perawatan pohon yang telah ditanam.
Ketua DPW LDII Jawa Timur, Moch Amrodji Konawi, dalam wawancara di kantornya menegaskan bahwa penanaman pohon merupakan langkah awal. “Yang terpenting adalah perawatan, supaya pohon dapat tumbuh optimal dan memberikan manfaat jangka panjang,” ujarnya, pada Selasa (9/12). Edukasi lingkungan menjadi bagian penting dari aktivitas organisasi untuk membangun kesadaran kolektif menjaga kelestarian alam.
Salah satu wujud konkret terlihat pada penghijauan lahan bekas tambang di Gunung Gede, Kabupaten Malang. LDII bersama ratusan relawan melakukan penanaman ratusan bibit pohon di kawasan bekas tambang yang mengalami kerusakan. Kegiatan yang digelar pada Kamis (13/11) di Desa Sumberejo, Kecamatan Gedangan, ini mengusung tema “Bersinergi Membangun Hijau: Revitalisasi Bekas Lahan Tambang Gunung Gede.”
Aksi tersebut melibatkan LDII Kabupaten Malang, Kelompok Masyarakat (Pokmas) Gundul Joyo, Senkom Mitra Polri, serta puluhan relawan dari Gedangan, Bantur, Pagelaran, hingga Gondanglegi. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan memerlukan partisipasi luas masyarakat.
Ketua DPP LDII yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Sudarsono, menekankan pentingnya dakwah ekologis di tengah kondisi 12,7 juta hektare lahan kritis yang membutuhkan pemulihan. “Ini kenyataan pahit. Kondisi ini semakin nyata ketika banjir dan longsor melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,” ungkapnya.
Menurutnya, pohon adalah “mesin kehidupan” yang bekerja dalam senyap: menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, menata siklus air, dan menahan tanah agar tidak longsor. “Jika hari ini kita tidak menanam pohon, maka kita sedang menanam krisis yang akan dipanen di kemudian hari,” tegas pakar bioteknologi tanaman tersebut.
Selain fungsi ekologis, Sudarsono menjelaskan bahwa pohon dalam tradisi Nusantara memiliki nilai filosofis mendalam. Beringin, misalnya, menjadi simbol kekuatan dan perlindungan. Di berbagai daerah, masyarakat adat memiliki ritual khusus untuk menjaga pohon sebagai bagian dari kosmologi mereka. “Menanam pohon berarti membangun hubungan spiritual dengan alam,” tambahnya.
Komitmen LDII terhadap dakwah ekologis juga diperkuat melalui pendidikan lingkungan di pondok pesantren, sekolah, hingga instrumen organisasi dari tingkat pusat sampai kelurahan. Salah satu pusat edukasi yang terus dikembangkan adalah Bumi Perkemahan Cinta Alam Indonesia (CAI) Wonosalam, Jombang, yang menjadi ruang pembinaan generasi muda agar cinta dan peduli lingkungan.
“Menanam pohon adalah investasi bagi generasi mendatang. Pohon yang kita tanam hari ini akan memberi oksigen, air, dan perlindungan bagi anak cucu,” ujar Sudarsono.
Menanam pohon adalah tindakan sederhana, tetapi dampaknya luar biasa Bisa dibayangkan warga menanam pohon di bantaran sungai; beberapa tahun kemudian akar pohon itu menahan tanah, banjir berkurang, udara lebih sejuk. “Pohon kecil yang dulu ditanam berubah menjadi penopang kehidupan,”ujarnya
Dengan berbagai upaya ini, LDII berharap gerakan pelestarian lingkungan semakin mengakar sebagai bagian dari ikhtiar meminimalkan risiko bencana dan menciptakan harmoni antara manusia dan alam, sejalan dengan nilai-nilai keagamaan yang menempatkan manusia sebagai khalifah penjaga bumi. (sof/wid)












