Kediri — DPD LDII Kota Kediri terus menunjukkan komitmennya dalam membina generasi muda agar berakhlak mulia dan berkarakter kuat. Komitmen tersebut diwujudkan melalui Workshop Bimbingan Konseling (BK) yang digelar di Pondok Pesantren Bangsal, Kediri pada Minggu (12/10).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber anggota Biro Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) DPW LDII Jawa Timur, Asyhari Eko Prayitno. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa seorang konselor harus memiliki tiga syarat utama, yakni mampu berkomunikasi dengan baik, memiliki empati, serta memahami kondisi klien.
“Konselor itu bukan polisi yang memberi sanksi, tetapi seseorang yang memberikan solusi. Tugasnya menyelesaikan masalah, bukan menambah masalah, serta menjadi pendengar yang baik,” ujar Asyhari.
Ia menjelaskan, dalam proses konseling terdapat sejumlah teknik yang dapat diterapkan, seperti attending, empati, refleksi, eksplorasi, paraphrasing, dorongan minimal, bertanya, dan menyimpulkan. Menurutnya, keberhasilan konseling sangat bergantung pada kemampuan membangun hubungan yang nyaman dengan klien.
“Jika klien merasa nyaman, ia akan lebih terbuka dalam bercerita. Karena itu, konselor harus menjadi pendengar yang baik dan menjaga privasi klien,” jelasnya.
Asyhari yang juga Ketua Pondok Pesantren Nurul Huda Al Manshurin Kresek ini menegaskan bahwa memahami manusia dalam konseling mirip dengan memahami makhluk hidup lainnya seperti perlu mengenali kelebihan, kekurangan, kesenangan, kebencian, dan ketakutan agar dapat berinteraksi secara efektif.
“Yang perlu diingat, klien bukan hanya mereka yang memiliki masalah, tetapi juga mereka yang berprestasi. Konselor perlu memberi motivasi agar mereka terus berkembang,” imbuhnya.
Ia menambahkan, konseling sejatinya adalah bentuk bantuan psikologis yang bertujuan memberikan ketenangan batin dan solusi bagi permasalahan hidup, bukan bantuan dalam bentuk materi. Bahkan, menurutnya, praktik serupa telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam membimbing umat dengan penuh kasih sayang dan empati.

Sementara itu Ketua Pelaksana kegiatan, Frendi Alfian menuturkan bahwa pembentukan Tim Bimbingan Konseling di lingkungan LDII merupakan bentuk perhatian dan kepedulian organisasi terhadap perkembangan generasi penerus.
“Pengurus LDII terus memonitor perkembangan generasi muda, mulai dari usia dini hingga mereka berkeluarga. Karena itu, proses konseling menjadi penting sebagai bentuk pendampingan dan perhatian,” ujarnya.
Menurut Frendi, membimbing generasi muda sejak dini merupakan investasi besar bagi masa depan organisasi. Ia menilai, generasi muda yang tidak mendapatkan pendidikan dan arahan yang baik akan rentan terhadap pengaruh negatif.
“Generasi muda yang tidak dibina dengan baik akan membahayakan masa depan kita semua,” tegasnya.












