Surabaya – Ribuan warga Kota Pahlawan menggelar deklarasi Jogo Suroboyo, Jogo Indonesia di Tugu Pahlawan, Kamis (4/9). Aksi ini menjadi penanda semangat baru warga Surabaya usai kerusuhan beberapa waktu lalu yang sempat merusak fasilitas umum dan melumpuhkan aktivitas ekonomi.
Sebanyak 9.319 orang hadir dari beragam elemen masyarakat, mulai Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Walubi, LDII, Karang Taruna, Pemuda Pancasila, Pemuda Pusura, Maluku Satu Rasa, Madura Asli, BEM universitas, Pramuka, komunitas ojek daring, hingga Satgas Kampung Pancasila RW. Hadir pula Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), serta perwakilan organisasi pencak silat.
Mereka mengucapkan lima poin ikrar: menjaga Surabaya tetap aman dan rukun, memperkuat identitas kota, menyampaikan aspirasi tanpa terprovokasi, menolak kekerasan dan anarkisme, serta bersatu dalam harmoni.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama jajaran Forkopimda hadir menyaksikan langsung ikrar tersebut. Ia menyampaikan terima kasih kepada warga yang menjaga kotanya.
“Saya matur nuwun. Hari ini elemen Surabaya menunjukkan kebersamaan luar biasa. Dengan kekuatan agama, Pancasila, dan gotong royong, kita bisa menjaga kota ini,” ujar Eri.
Eri juga mengajak warga bangkit dari keterpurukan pasca kerusuhan. “Yang berdagang, silakan berdagang kembali. Yang berusaha, ayo buka usahanya lagi. Arek-arek Suroboyo semuanya adalah pahlawan yang menjaga kota ini,” katanya.
Wali kota turut mengapresiasi warga Wonokromo dan Bubutan yang berinisiatif menjaga wilayahnya saat kerusuhan. Menurutnya, tindakan itu mencerminkan semangat arek Suroboyo yang pantang menyerah.
Deklarasi di Tugu Pahlawan sekaligus menggugah kembali semangat perjuangan Surabaya. Sejarah mencatat, kota ini pernah bangkit dari reruntuhan perang 1945. Kini, semangat itu diwujudkan dengan menjaga kota dari kerusuhan dan perpecahan.
“Darah arek-arek Suroboyo adalah darah pejuang. Tidak boleh ada ketakutan. Hari ini kita tunjukkan Surabaya tidak bisa dipecah belah,” tandas Eri.
Deklarasi Jogo Suroboyo bukan sekadar seremoni. Pemkot bersama warga sepakat menghidupkan kembali PAM Swakarsa melalui Kampung Pancasila, menjadikan setiap kampung sebagai benteng kecil penjaga keamanan kota.
“Siapapun boleh menyampaikan aspirasi, tapi tidak dengan merusak. Orang Surabaya sejati pasti menjaga kotanya. Kita tidak boleh kalah oleh provokasi,” tegas Eri.
Ketua DPD LDII Surabaya, Achmad Setiadi, juga menyampaikan dukungannya. Menurutnya, kerusuhan yang sempat terjadi menjadi pelajaran berharga bagi seluruh warga agar tidak mudah terprovokasi.
“LDII bersama seluruh elemen masyarakat siap menjaga Surabaya tetap damai, rukun, dan kondusif. Semangat gotong royong adalah kunci, karena keamanan kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan kewajiban kita bersama,” tegas Setiadi.
Dengan ikrar bersama itu, warga Surabaya bertekad menjaga kampung halaman layaknya rumah sendiri. Warung kembali buka, roda ekonomi berputar, dan suasana cangkrukan hidup lagi, kali ini dengan kesadaran baru yakni Surabaya harus dijaga bersama.