Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS) Tingkat Ulya Wali Barokah menerima kunjungan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI, Prof. Suyitno, pada Sabtu (19/4). Dalam kunjungan tersebut ia didampingi Ketua Tim PKPPS Kanwil Kemenag Jatim Shirotol Mustakim, Kepala Kemenag Kota Kediri A. Zamroni, dan Kepala MAN 2 Kediri Nur Salim.
Suyitno menjelaskan, kunjungan ke lembaga pendidikan yang ada di lingkungan Ponpes Pesantren Wali Barokah tersebut untuk meninjau pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun ajaran 2024/2025.
“Alhamdulillah, saya saksikan pelaksanaan UAN berjalan lancar, dan semua sesuai dengan yang direncanakan,” katanya.
Menurut Suyitno, salah satu yang unik dari pondok pesantren ini adalah fasilitas untuk para siswa, diantaranya lokasi yang strategis dan banyak keunggulan yang dimiliki PKPPS Wali Barokah.
“Termasuk kearifan lokal, tentu saja juga kajian-kajian keagamaan yang sangat menggambarkan tafaqqohu fiddin yang kuat,” lanjutnya.
Suyitno berharap Ponpes Wali Barokah bisa semakin berkembang, maju, dan memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan bangsa khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam.
Sementara itu, Kepala PKPPS Tingkat Ulya Wali Barokah H. Agus DS mengatakan, UAN PKPPS secara online dilaksanakan tanggal 14-20 April 2025, diikuti 25 peserta santri putra dan 32 santri putri.
“Makna dari ujian ini adalah sebagai tolok ukur sampai sejauh mana ketercapaian target kurikulum yang telah ditentukan. Sehingga ini merupakan bahan evaluasi untuk prestasi dari anak-anak itu sendiri,” ujarnya.
Agus menambahkan, pihaknya selama ini terus mengikuti juknis dari Kemenag, dengan menyiapkan sarana yang diperlukan. Mengingat aturan di pondok melarang santri menggunakan gawai di lingkungan pondok, maka pihaknya telah menyiapkan sarana berupa dua laboratorium komputer.
Kunjungan Dirjen Pendis ke PKPPS Tingkat Ulya Wali Barokah diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dan memberikan motivasi kepada anak-anak agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Kalau mereka bekerja ya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Minimal mereka bisa melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang da’i pemula di tengah-tengah masyarakat dimana mereka akan berdakwah,” pungkas Agus. (Mzda)