JAKARTA — Masa liburan sekolah kerap menjadi momen yang dinanti anak-anak. Namun, tanpa pendampingan dan aktivitas yang terarah, libur panjang justru berpotensi diisi dengan kegiatan yang kurang produktif, seperti bermalas-malasan atau penggunaan gawai secara berlebihan. Menyikapi hal tersebut, DPD LDII Jakarta Selatan menginstruksikan seluruh jajarannya di tingkat Pimpinan Anak Cabang (PAC) untuk menggelar kegiatan intensif bertajuk Asrama Liburan Sekolah (Aslilah) pada akhir Desember 2025.
Program tersebut merupakan agenda pembinaan tahunan LDII Jakarta Selatan yang dirancang khusus untuk mengisi masa liburan sekolah dengan kegiatan edukatif dan religius. Melalui program itu, peserta tidak hanya diajak belajar dan beribadah, tetapi juga dibina agar tumbuh menjadi generasi yang cerdas, beriman, dan berakhlak baik. Kegiatan Aslilah dilaksanakan secara serentak di berbagai wilayah Jakarta Selatan, mulai 21 hingga 27 Desember 2025.
Ketua DPD LDII Jakarta Selatan, Mulyono, menjelaskan bahwa Aslilah menjadi sarana pembinaan terpadu bagi anak-anak dan remaja. Menurutnya, masa liburan merupakan kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai positif yang belum tentu optimal diperoleh selama proses pembelajaran formal di sekolah.
“Anak-anak membutuhkan kegiatan yang terarah agar tidak terjebak pada kebiasaan malas, penggunaan gawai berlebihan, atau aktivitas yang kurang bermanfaat. Asrama Liburan Sekolah ini kami rancang sebagai ruang pembelajaran sekaligus pembentukan karakter,” ujar Mulyono, Sabtu (27/12).
Selama kegiatan berlangsung, peserta mengikuti berbagai materi dan aktivitas yang disusun secara sistematis dan terjadwal. Materi keagamaan menjadi porsi utama, meliputi pendalaman Al-Qur’an dan hadist, pembinaan akhlak, serta adab dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, peserta juga dibekali pelatihan kedisiplinan, kemandirian, dan kebiasaan hidup tertib melalui pola kegiatan berasrama.
Mulyono menegaskan bahwa pembinaan yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada kecerdasan akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter luhur generasi muda.
Ia menegaskan bahwa pembinaan yang dilakukan dalam program Aslilah tidak semata-mata mengejar pengetahuan akademik. Menurutnya, anak-anak dan remaja juga perlu dibekali dengan pembentukan karakter dan akhlak yang kuat agar mampu bersikap baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami menanamkan konsep Tri Sukses, yaitu berakhlakul karimah, alim-faqih, dan mandiri. Harapannya, generasi muda Jakarta Selatan tumbuh menjadi sumber daya manusia unggul yang saleh, rukun, kompak, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Lebih lanjut, LDII Jakarta Selatan juga menekankan pentingnya sinergi antara pembina, pengurus PAC, dan orang tua. Kolaborasi tersebut dinilai menjadi kunci agar nilai-nilai yang ditanamkan selama Aslilah dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat.
Pelaksanaan Aslilah juga terlihat di berbagai wilayah. Di Ciganjur, PAC LDII setempat menggelar kegiatan di Masjid Daarul Iman pada 21-25 Desember 2025. Ketua PAC LDII Ciganjur, Janawan, menyebutkan bahwa program ini diikuti peserta dari usia dini hingga remaja.
“Liburan sekolah sering kali membuat anak terlena. Melalui Aslilah, kami memastikan waktu luang mereka terisi dengan pembinaan agama yang intensif untuk mencetak generasi yang mandiri dan berakhlakul karimah,” ujarnya.
Sementara itu, di wilayah Cipedak, kegiatan Aslilah dipusatkan di Masjid Al Firdaus pada 22-26 Desember 2025. Ketua Panitia, Dicky Firdaus Kurniawan, menekankan penerapan kurikulum 29 Karakter Luhur dengan metode pembelajaran yang interaktif.
“Kami menanamkan nilai kejujuran, amanah, hingga hormat kepada orang tua. Metode pengajaran dibuat menyenangkan agar anak-anak dapat menyerap nilai-nilai tersebut tanpa merasa digurui,” jelasnya.
Tak kalah semangat, PAC LDII Pondok Labu menggelar Aslilah di Masjid Baiturrahim pada 23-27 Desember 2025. Ketua PAC LDII Pondok Labu, Hasbi Muhti, menyoroti pentingnya pembinaan mental dan karakter dalam menghadapi tantangan zaman.
“Selain materi keagamaan, kami juga membekali peserta dengan pemahaman bahaya narkoba dan pergaulan bebas. Aspek kemandirian dilatih secara praktis melalui piket konsumsi dan kerja kelompok, agar anak-anak terbiasa bekerja sama dan bertanggung jawab,” pungkasnya. (kim/sof/wid)












