Kediri — Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) Jawa Timur melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah, Kediri, Rabu (13/8). Rombongan tersebut meninjau langsung berbagai aktivitas santri di ponpes binaan LDII tersebut, mulai dari proses belajar-mengajar hingga beragam fasilitas yang ada di lingkungan pesantren.
Dalam rangkaian kunjungan itu, tim turut menyempatkan diri melihat perpustakaan pesantren, yang menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual para santri.
Abdullah, perwakilan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur sekaligus anggota Tim Bakorpakem, mengapresiasi koleksi perpustakaan Ponpes Wali Barokah yang memuat referensi dari empat mazhab besar Islam: Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafi’i. Menurutnya, kelengkapan referensi ini mencerminkan keterbukaan pesantren dalam mengakomodasi perbedaan pandangan (khilafiyah) secara sehat.
“Bagi masyarakat Jawa Timur dan Indonesia, tidak perlu khawatir. Perbedaan diantara umat Islam adalah hal wajar. Yang terpenting adalah menyikapinya dengan semangat persaudaraan,” ujarnya.
Abdullah menegaskan, tugas utama Bakorpakem adalah mengawasi aliran kepercayaan dan keagamaan demi menjaga ketertiban serta ketenteraman umum. Pengawasan ini bukanlah tindakan memata-matai, melainkan langkah preventif, koordinatif, serta memberikan rekomendasi bila ditemukan ajaran yang berpotensi membahayakan bangsa dan negara. Ia juga mengimbau generasi muda agar selektif memilih pergaulan dan kegiatan keagamaan, mewaspadai ajaran menyimpang, serta bijak menggunakan teknologi.
“Kalau dulu ada istilah ‘mulutmu harimaumu’, sekarang ‘pikiranmu dan jarimu harimaumu’. Gunakan HP untuk hal-hal positif,” pesannya.
Pesan serupa disampaikan Ketua Tim Bakorpakem Jatim, Dwi Setyadi, yang menekankan pentingnya bagi para santri untuk senantiasa berpegang pada ajaran Islam yang benar, menjauhi paham radikalisme, serta tidak mudah terprovokasi. “Itu akan merugikan diri sendiri dan negara. Santri adalah generasi muda yang diharapkan mampu menjaga kestabilan NKRI melalui dakwah Islam yang menyejukkan,” ujarnya.
Apresiasi terhadap Ponpes Wali Barokah juga datang dari perwakilan Kementerian Agama Jawa Timur. Isnawati dari Bidang Urusan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur yang turut hadir mengaku terkesan dengan kerapian dan suasana pesantren.
“Sistem belajarnya sama dengan pondok-pondok lain: memakai kitab, ada guru, dan tertib sekali. Kebersihan dan penataan sangat rapi. Santrinya pun ramah dan terbuka,” ungkapnya.
Menurut Isnawati, kunjungan ini membuka ruang saling mengenal dan menghilangkan prasangka. Ia mendorong pengurus pesantren dan LDII untuk terus meningkatkan keterbukaan serta menjalin silaturahmi dengan berbagai pihak.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Jawa Timur, KH Moch Amrodji Konawi, yang turut hadir dalam kunjungan silaturahmi tersebut, menyambut baik kehadiran Bakorpakem sebagai wujud nyata keterbukaan LDII. Ia menegaskan bahwa kunjungan tersebut membuktikan langsung suasana dan pengelolaan lembaga pendidikan LDII yang transparan dan terbuka bagi siapa saja.
Amrodji juga menepis tuduhan bahwa LDII bersifat takfiri (mudah mengkafirkan kelompok lain). Menurutnya, anggapan tersebut tidak benar dan bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. “Urusan iman dan kufur telah diatur di dalam Al-Qur’an dan sunah Rasulullah. Bagi kami, warga LDII, tidak pernah ada pandangan bahwa orang di luar LDII otomatis kafir. Selama seseorang mengucapkan syahadat, ia adalah saudara muslim yang wajib kita jaga. Sesama muslim bagaikan bangunan yang saling menguatkan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Dewan Penasehat DPW LDII Jawa Timur sekaligus Ustadz Ponpes Wali Barokah, Hafiluddin, menyayangkan maraknya isu negatif di media sosial yang mengatasnamakan mantan anggota LDII. Menurutnya, hal tersebut berpotensi memecah belah kerukunan umat. Meski demikian, pihaknya memilih untuk merespons dengan cara yang santun. “Kami berpegang pada prinsip membalas keburukan dengan kebaikan. Siapa tahu, dengan kebaikan itu hati mereka terbuka kembali menuju jalan yang benar,” ujarnya.
Ia juga meminta kerja sama Bakorpakem untuk membantu menindak oknum-oknum yang berusaha memecah belah umat dan bangsa.
Kunjungan Bakorpakem Jatim kemudian dilanjutkan ke Ponpes Gadingmangu, Perak, Jombang. Momentum ini menjadi sarana penting untuk memperkuat semangat keterbukaan, toleransi, dan silaturahmi antarumat beragama. Apresiasi yang diberikan berbagai pihak membuktikan bahwa dialog dan saling mengenal adalah kunci untuk mengikis prasangka serta menjaga persatuan. Dengan komitmen pesantren dan LDII dalam memegang ajaran Islam yang menyejukkan, diharapkan generasi muda, khususnya para santri, dapat menjadi teladan dalam menyebarkan nilai-nilai persaudaraan, menjaga kerukunan, dan berkontribusi positif bagi keutuhan NKRI.