Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) menyelenggarakan Pelatihan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) sebagai upaya konkret mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan di sekolah maupun pondok pesantren.
Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, pada Sabtu (24/5), dan diikuti secara hibrid oleh para pendidik, pengelola pesantren, serta perwakilan lembaga pendidikan di bawah naungan LDII.
Acara dibuka oleh Ketua DPP LDII, Prof. Rubiyo, yang didampingi jajaran Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP), Departemen Pengabdian Masyarakat (Penamas) serta Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII. Dalam sambutannya, Prof. Rubiyo menegaskan pentingnya menjadikan sekolah dan pesantren sebagai ruang yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi perkembangan holistik siswa dan santri.
“LDII berupaya membangun sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan melalui pengembangan dan penerapan 29 karakter luhur,” ujar Rubiyo.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini juga merupakan bentuk dukungan LDII terhadap kebijakan pemerintah, khususnya Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan.
“Regulasi ini mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan, dari jenjang PAUD hingga pendidikan menengah, wajib membentuk TPPK. Program sekolah SANM kami selaraskan sepenuhnya dengan kebijakan ini, demi menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan, baik fisik maupun psikologis,” jelasnya.
Rubiyo juga menekankan bahwa penguatan pendidikan karakter merupakan bagian penting dari upaya pencegahan kekerasan. Selain itu, keterlibatan semua pihak, diantaranya guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak.
Kegiatan ini juga diisi sambutan secara daring oleh Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami terkait upaya pencegahan dan penanganan kekerasan dalam dunia pendidikan. Kemendikbudristek melalui Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah tengah mendorong terwujudnya pendidikan bermutu untuk semua, selaras dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Di sisi lain, Rusprita mengungkapkan keprihatinannya terhadap masih tingginya angka kekerasan di satuan pendidikan. Berdasarkan data Asesmen Nasional tahun 2022, satu dari tiga anak di Indonesia masih berpotensi mengalami kekerasan seksual dan perundungan, serta satu dari empat anak berisiko mendapat hukuman fisik.
Sementara itu, data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) yang dihimpun melalui Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) mencatat lebih dari 2.000 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi sepanjang tahun 2024.
“Kekerasan seperti ini meninggalkan dampak psikologis jangka panjang dan mengganggu proses belajar murid. Karena itu, Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 menekankan pembentukan TPPK di setiap satuan pendidikan,” paparnya.
Regulasi tersebut juga mendorong pelibatan aktif pemangku kepentingan daerah dan warga satuan pendidikan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) serta tim TPPK, guna memastikan adanya tindakan pencegahan dan respons cepat ketika terjadi kekerasan.
“Langkah LDII sangat strategis dalam mendukung upaya ini. Pelatihan TPPK menjadi bagian dari komitmen bersama mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan,” tambahnya.
Dalam pemaparannya, Rusprita juga menjelaskan tiga aspek utama yang membentuk lingkungan pendidikan aman, nyaman, dan menyenangkan.
Pertama, Aspek Aman yang mencakup perlindungan dari kekerasan, kesiapsiagaan terhadap bencana, keamanan digital, serta lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, Aspek Nyaman yang menekankan terciptanya suasana belajar yang mendukung tumbuh kembang kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial peserta didik.
“Ketika murid merasa nyaman, motivasi belajar meningkat, partisipasi aktif tumbuh, dan potensi diri berkembang optimal,” jelasnya.
Ketiga, Aspek Menyenangkan yang menciptakan ruang belajar menggembirakan, bisa memberikan kesempatan bagi siswa untuk bermain, berkarya, serta mengembangkan bakat dan minatnya. Lingkungan seperti itu, tambah Ruspita, bukan hanya memperkuat hasil belajar, tetapi juga membentuk karakter positif dan jiwa yang sehat.
“Kami mengapresiasi LDII yang telah menginisiasi pelatihan TPPK. Untuk mencegah dan menangani kekerasan di satuan pendidikan, dibutuhkan peran aktif dari semua pihak,” ujarnya.
Acara pembukaan pelatihan ini turut dihadiri oleh Ketua Pondok Pesantren Wali Barokah KH Sunarto, Ketua DPW LDII Jawa Timur Amrodji Konawi, serta Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (TIKP) Dinas Pendidikan Jawa Timur, Mustakim.