Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI menggandeng beberapa elemen masyarakat untuk melakukan percepatan eliminasi tuberkulosis (TBC). Wanita LDII menjadi salah satu partisipator dalam Rapat Koordinasi dan Dialog yang dilakukan Kemenko PMK di Surabaya pada tanggal 2 dan 3 Oktober 2025.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan, Sukadiono mengungkapkan bahwa penanganan kasus TBC di Indonesia membutuhkan kerjasama berbagai pihak. Penanganan TBC menggunakan strategi kerjasama lintas sektoral.
“Kami membutuhkan masukan-masukan dari masyarakat kepada pemerintah dalam kaitan untuk menangani TBC di Indonesia. Apa saja yang pernah dilakukan terkait penanganan TBC, apa saja kendalanya dan masukan yang bisa diberikan kepada pemerintah,” ujarnya.
Mandat penanggulangan TBC sudah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Target eliminasi TBC pada 2030 bisa menurunkan angka kejadian menjadi 65 per 100 ribu penduduk, penurunan angka kematian akibat TB menjadi 6 per 100 ribu penduduk.
“Khusus bagi elemen masyarakat yang pernah terjun langsung maupun para penyintas TBC akan lebih mudah dalam memaparkan kendala maupun memberi masukan kepada pemerintah dalam penanganan dan eliminasi tuberkulosis di Indonesia. Saya sengaja mengundang para wanita untuk membantu penanganan TBC. Sebab pada umumnya wanita yang lebih care (peduli) dibandingkan para pria,” jelas Sukadiono.
Berdasarkan data dari Global Tuberculosis Report yang dirilis WHO di tahun 2024, kasus TBC di Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah India. Indonesia tercatat memiliki 1,06 juta kasus TBC dengan angka kematian mencapai 134 ribu jiwa tiap tahunnya.
“Di Indonesia bisa dikatakan terdapat angka kematian akibat TBC sebanyak 4 jiwa per jam. Sebuah angka yang besar,” papar Sukadiono.
Dalam sesi Dialog di ruang kerjanya di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sukadiono meminta perwakilan Wanita LDII untuk memberi masukan-masukan kepada pemerintah terkait penanganan TBC.
“Penanganan TBC melibatkan banyak hal. Dari sisi sosial ekonomi, sanitasi, lingkungan, selain dari sisi kesehatan itu sendiri. Untuk penanganan TBC, bisa dilakukan melalui kader-kader kesehatan yang ada di kampung-kampung. Mereka ini bisa jadi agen yang mensosialisasikan TBC. Mereka bisa melatih warga agar punya kesadaran terhadap TBC. Sehingga para ibu rumah tangga atau siapapun yang ada dalam unit rumah tangga bisa menjadi penggerak yang sadar akan bahaya TBC,” ujar Widi Yunani, perwakilan Wanita LDII Jawa Timur.
Sementara itu, perwakilan lainnya dari Wanita LDII Jawa Timur, Sarah Ayu Larasati yang juga seorang dokter menjelaskan bahwa dirinya pernah melakukan sosialisasi TBC di Kabupaten Jombang. Di sana ia menggandeng Dinas Kesehatan setempat dan mengundang perwakilan PC/PAC LDII di Kabupaten Jombang. “Pemerintah perlu mengajak ormas dalam penanganan TBC, terutama dalam mensosialisasikan TBC,” ujar Sarah.

Sesi dialog tekait penanganan TBC dilaksanakan di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Jumat (3/9). Dialog dihadiri perwakilan ormas dan pegiat TBC. Diantaranya PW Aisyiyah Jawa Timur, Wanita LDII Jawa Timur, Yayasan Rekat Surabaya, Yabhysa Provinsi Jawa Timur, Surabaya dan Sidoarjo, Yayasan Gesit Surabaya serta penyintas TBC.
Sementara itu di Jawa Timur, Kota Surabaya menempati posisi teratas untuk kasus TBC. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Surabaya, perkembangan kasus TBC/Treatment Coverage di Kota Surabaya sampai tanggal 31 November menunjukkan, terdapat 10.741 kasus TBC.
“Kondisi rumah penderita TBC, khususnya di Surabaya, rata-rata menyedihkan, terutama kondisi sanitasi yang buruk. Mulai dari kondisi tembok rumah yang lembab hingga tak ada ventilasi yang memadai. Kondisi itu amat memicu pertumbuhan bakteri penyebab TBC,” ujar Siti Maslamah, pegiat TBC dari Yabhysa Surabaya.
Hasil dari dialog tersebut akan menjadi bahan rekomendasi kepada pemerintah terutama Kementerian Koordinator PMK. Terutama untuk sinkronisasi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait penanganan TBC.