Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Timur, Prof. Sukadiono, menegaskan pentingnya visi dan kolaborasi antar organisasi masyarakat (ormas) Islam untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Sukadiono menyoroti bahwa meskipun setiap ormas Islam memiliki visi masing-masing, visi utama yang harus dimiliki bersama adalah bagaimana mensejahterakan masyarakat Indonesia.
“Sebagai pimpinan ormas Islam, kita semua memiliki visi, tetapi visi utama kita adalah mensejahterakan masyarakat Indonesia. Hal ini sudah disampaikan oleh Bapak Kyai Amrodji tadi, bahwa NKRI adalah harga mati, Pancasila adalah dasar yang harus kita jaga,” ujar Prof. Sukadiono saat memaparkan materi Dialog Kebangsaan pada kegiatan Muswil X LDII Jatim di Gedung Serba Guna (GSG) Sabilurrosyidin, Surabaya, Sabtu (30/8).
Menurutnya, Muhammadiyah memiliki visi besar yang disebut “Islam Berkemajuan”, yang terdiri dari tiga syarat utama. Pertama, Islam yang adaptif terhadap kemajuan zaman, termasuk dalam hal digitalisasi. “Di era digital ini, ormas Islam harus bisa beradaptasi. Termasuk melihat dari kegiatan ini, teman-teman LDII ini mempunyai sisi digitalisasi yang sangat baik dan ini menunjukkan bahwa mereka adalah Islam yang adaptif, yang dapat mengikuti perkembangan zaman,” tegasnya.
Islam berkemajuan kedua adalah Islam yang inovatif dan kreatif. Prof. Sukadiono menambahkan bahwa ormas Islam tidak boleh terjebak dalam rutinitas yang ketinggalan zaman. Semua harus memiliki kemampuan berinovasi dan menciptakan solusi kreatif dalam menghadapi tantangan dunia modern.
Ketiga, Islam yang kolaboratif, yaitu mampu bekerja sama dengan berbagai pihak demi kemajuan umat. “Kita tidak mungkin menjadi oposisi. Apapun yang terjadi, kita harus beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Termasuk dalam mendukung siapapun yang terpilih menjadi pemimpin bangsa,” ujarnya.
Prof. Sukadiono juga menekankan doktrin perjuangan Muhammadiyah yang pertama adalah tauhid, yang menjadi landasan utama dalam setiap tindakan. “Ormas harus dijalankan dengan ikhlas. Tanpa keikhlasan, tidak akan ada keberlanjutan dalam perjuangan ormas,” tambahnya.
Selain itu, ia menyinggung doktrin kedua, yaitu menggerakkan pencerdasan melalui dakwah. “Dakwah bukan hanya berbicara, tapi juga mendengarkan. Kita harus mencari solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat,” jelasnya.
Muhammadiyah juga menekankan pentingnya memobilisasi amal usaha dan kerjasama dalam kebaikan serta ketakwaan. “Kerjasama ini termasuk antar ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, LDII, dan lainnya. Inilah bentuk implementasi dari Islam wasathiyah, Islam yang moderat dan mengutamakan kesejahteraan bersama,” ujar Guru Besar Bidang Kepakaran Fisiologi Olahraga di Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut.
Dalam pernyataan yang lebih tegas, Prof. Sukadiono juga menegaskan sikap Muhammadiyah yang menolak LGBT sebagai bagian dari kemungkaran, namun menggarisbawahi pentingnya kerjasama dalam hal-hal yang mendukung kebaikan dan ketakwaan.
“Sebagai ormas Islam, kita harus menjaga kedamaian, keamanan, dan ketertiban negeri ini. Konflik hanya akan merugikan umat. Kita tidak boleh membiarkan kepentingan pribadi atau kelompok merusak persatuan umat Islam dan persatuan seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.
Prof. Sukadiono mengakhiri dengan keyakinan bahwa tiga ormas Islam besar Muhammadiyah, NU, dan LDII dapat menjadi role model dalam mengembangkan Islam wasathiyah yang damai, moderat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai al-Qur’an dan as-Sunnah.
“Ketiga ormas ini punya potensi besar untuk menjadi contoh dunia dalam menerapkan ajaran Islam yang moderat, damai, dan penuh kedamaian,” tutupnya.