Gresik —DPW LDII Jawa Timur berperan serta dalam program penurunan angka stunting nasional. Salah satunya melalui kerja sama dengan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang digelar di Gedung DPD LDII Kabupaten Gresik, Minggu (27/7).
Kegiatan diawali dengan pemeriksaan hemoglobin (HB) bagi para santri Pondok Pesantren Minhajurrosyidin Gresik sebagai bagian dari skrining kesehatan dini. Pemeriksaan ini disaksikan langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati, didampingi jajaran pengurus DPW LDII Jawa Timur. Langkah ini menjadi implementasi awal kerja sama dalam mendukung program nasional percepatan penurunan stunting.
Kolaborasi ini menjadi tonggak penting sinergi antara organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintah dalam memperkuat edukasi dan aksi nyata di masyarakat. Komitmen bersama ini diangkat dalam tema besar “Membangun Generasi Sehat dan Cerdas Menuju Indonesia Emas 2045.”
Dalam sambutannya, Maria Ernawati menyampaikan apresiasi atas dukungan dan inisiatif LDII yang selama ini aktif dalam menyukseskan berbagai program pemerintah, khususnya dalam penguatan ketahanan keluarga dan pencegahan stunting. Ia menegaskan bahwa keterlibatan organisasi keagamaan seperti LDII sangat penting dalam membangun kesadaran kolektif di tingkat akar rumput.
“Sinergi seperti ini sangat kami harapkan. LDII memiliki jaringan yang kuat hingga ke tingkat desa dan RT. Ini adalah potensi besar untuk menyebarluaskan informasi dan menggerakkan perubahan perilaku masyarakat, khususnya dalam mencegah stunting,” ujarnya.
Maria juga menyoroti bahwa banyak program prioritas Kemendukbangga/BKKBN yang beririsan dan selaras dengan gerakan LDII, diantaranya program Quick Win seperti Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Lansia Berdaya (Sidaya), serta pemanfaatan teknologi melalui Super Apps Keluarga.
Penandatanganan kerja sama ini disaksikan secara daring dan luring oleh Pengurus Wanita LDII dari kabupaten/kota se-Jawa Timur dengan tema pencegahan stunting. Seminar ini merupakan bagian integral dari rangkaian kegiatan, yang bertujuan memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), gizi seimbang, serta peran keluarga dalam mencetak generasi unggul.
Ketua DPW LDII Jawa Timur, KH Amrodji, menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk konkret kontribusi LDII dalam pembangunan bangsa, terutama dalam membina keluarga dari hulu hingga hilir kehidupan.
“LDII siap menjadi mitra strategis pemerintah. Melalui kader wanita kami yang tersebar hingga tingkat kelurahan, kami akan terus menyuarakan edukasi keluarga sehat, pola asuh positif, serta gaya hidup bersih dan sehat demi menciptakan keluarga yang berkualitas,” tegasnya.
KH Amrodji juga menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari rangkaian menuju Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-10 LDII Jawa Timur yang akan digelar pada 30-31 Agustus 2025 mendatang di Surabaya.
Sementara itu, Ketua Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPW LDII Jawa Timur, Emie Santoso, yang juga menjabat sebagai ketua panitia kegiatan, menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara DPP LDII dan BKKBN pusat, yang telah dilakukan tahun lalu di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri.
“Program-program BKKBN Jawa Timur sangat beririsan dengan program-program pembinaan keluarga di LDII. Kerja sama ini sangat sesuai dalam membangun dan membina keluarga sejak usia dini, anak usia sekolah dasar, remaja, pranikah, sarimbit, hingga lansia,” jelas Emie.
Dengan terlaksananya penandatanganan kerja sama ini, diharapkan sinergi antara DPW LDII Jawa Timur dan BKKBN tidak berhenti pada tataran seremoni, tetapi dilanjutkan dengan program-program kolaboratif di tingkat kecamatan, kelurahan, bahkan hingga keluarga. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya generasi Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, dan tangguh, sebagai pondasi kuat menuju Indonesia Emas 2045.