Jakarta – Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menekankan pentingnya peneguhan nilai-nilai kebangsaan di tengah derasnya arus digital yang semakin memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Hal itu ia sampaikan saat membuka Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) II di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, Sabtu (23/8).
Acara yang digelar secara hybrid ini diikuti oleh puluhan ribu warga LDII dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam sambutannya, KH Chriswanto menyoroti besarnya dampak dunia digital terhadap kehidupan berbangsa. Menurutnya, algoritma media sosial dan platform digital berpotensi memperkuat polarisasi di masyarakat.
“Di dunia digital, algoritma sangat berpengaruh. Apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terus muncul di layar kita. Input dari digital begitu banyak, tetapi tidak ada filter. Inilah yang disebut proxy war, sebuah perang tanpa senjata,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa selain menghadapi ancaman perang fisik, Indonesia kini juga berhadapan dengan perang digital yang lebih kompleks. Informasi yang tidak tersaring, ujaran kebencian, dan provokasi di ruang maya bisa menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa.
“Keberagaman kita berupa suku, bahasa, agama, dan pulau adalah kekuatan sekaligus kerentanan. Lihatlah di Arab, yang satu bahasa saja bisa terpecah menjadi 24 negara. Indonesia jauh lebih majemuk, sehingga kita lebih rentan bila tidak memiliki fondasi kebangsaan yang kuat,” kata KH Chriswanto.
Karena itu, LDII menempatkan isu kebangsaan sebagai prioritas utama. Chriswanto menegaskan bahwa lahirnya Pancasila adalah anugerah besar bagi bangsa Indonesia yang berdiri di atas perbedaan.
“Kita harus bersyukur atas lahirnya Pancasila. Ia menjadi titik temu dari berbagai kepentingan, identitas, dan latar belakang. Menegakkan kebangsaan adalah tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kebangkitan nasional di era sekarang tidak lagi hanya diukur dari kekuatan fisik atau ekonomi, tetapi juga dari ketahanan bangsa menghadapi arus informasi global.
“Kebangkitan nasional 2.0 hanya akan terwujud bila kita benar-benar memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa itu, Indonesia bisa terseret arus perpecahan,” tandasnya.
SVK II sendiri digelar sebagai ruang pembelajaran kebangsaan yang relevan dengan tantangan era digital. Program ini menghadirkan materi untuk memperkuat pemahaman Pancasila di kalangan generasi muda, sekaligus membekali mereka agar lebih kritis terhadap informasi digital.
“Melalui SVK II, kami berharap generasi muda LDII dan masyarakat luas dapat lebih memahami arti penting Pancasila, serta menjadikannya benteng persatuan di tengah derasnya arus globalisasi,” pungkas Chriswanto.
Sejalan dengan Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, salah satu peserta Rakornas sekaligus Ketua DPW LDII Jawa Timur, KH Moch Amrodji Konawi, turut menegaskan pentingnya membumikan nilai-nilai kebangsaan hingga ke level daerah. Ia menilai, Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan populasi terbesar dan tingkat keragaman tinggi, harus menjadi barometer dalam memperkuat persatuan bangsa.
“Generasi muda di Jawa Timur kini tumbuh dalam ruang digital tanpa batas. Mereka memang bisa terhubung dengan dunia luar, tetapi sekaligus rentan terpapar paham dan informasi yang menyesatkan. Karena itu, tugas kita adalah memastikan mereka tidak tercerabut dari akar kebangsaan,” ujar Amrodji.
Ia menjelaskan, LDII Jawa Timur secara konsisten mendorong program-program pendidikan kebangsaan yang relevan dengan dinamika era digital. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, LDII di daerah berupaya menghadirkan ruang dialog dan pembelajaran yang memperkuat wawasan kebangsaan generasi muda.
“Pancasila bukan sekadar ideologi, melainkan harus menjadi perilaku sehari-hari. Jika nilai-nilainya benar-benar diamalkan, maka Jawa Timur, bahkan Indonesia, akan tetap kokoh meski diterpa arus globalisasi,” tegasnya.
Amrodji juga mengapresiasi penyelenggaraan SVK II yang menurutnya mampu mempertemukan gagasan dari pusat hingga daerah. “Inilah bukti bahwa LDII hadir bukan hanya untuk organisasi, tetapi juga untuk bangsa. Dari Jawa Timur, kami siap menyukseskan gerakan kebangsaan di era digital,” pungkasnya.